Saturday, February 19, 2011

Memori Bangku Sekolah Dasar


Aku memandang ke arah langit-langit kamarku. Merebahkan diri di tempat tidur, masih dengan seragam kebanggaan biru putihku. Entahlah, aku masih malas tuk beranjak, masih ingin tuk menikmati waktu yang kupunya, mumpung ia belum berlari terlalu cepat dan meninggalkanku.

Ah, rasanya aku mulai lelah berlari di tempat yang sama, untuk tujuan yang sama. Semua beban yang ditimpakan di pundakku saat ini menambah panjang daftar 'derita hidup'ku. Rasanya, aku ingin kembali ke masa lalu. Masa di mana aku masih menjadi kecil, masa di mana aku belum tahu menahu banyak tentang apa itu problema, sakit hati, atau apalah itu namanya. Benar-benar ingin, rasanya.

Dan..aku pun teringat akan semua kenangan manis yang pernah mampir dalam lembar hidupku dulu. Terutama, saat aku masih pantas mengenakan seragam putih merah, dan rok bercorak batik khas sekolah dasarku.

Pikiranku jadi melayang ke masa-masa itu..di mana aku masih dapat tertawa dengan lepasnya, karena candaan dan guyonan dari temanku, teman-teman masa kecilku.

Sekali waktu, aku pernah berteman dengan beberapa anak laki-laki. Ya, tentu saja, mereka adalah teman sekelasku dulu, saat aku masih begitu lugu dan polosnya, belum mengenal apa yang sebenarnya dinamakan hidup. Yah..hubungan pertemananku dengan mereka lumayan dekat, karena orangtua kami pun saling mengenal baik. Walau bagaimanapun, makhluk Mars ya memang makhluk Mars. Mereka tak bisa begitu saja hidup berdampingan dengan akurnya bersama makhluk Venus, termasuk aku.

Tak jarang, tingkah usil nan jahil mereka dulu sempat membikinku jengkel setengah mati. Namun, tak dapat kupungkiri bahwa mereka semua memang baik. Sangat. Kadang, aku pun merasa gembira saat mengetahui bahwa mereka senang karenaku. Apalagi, berbagai humor khas anak SD yang dulu sempat mereka lontarkan pun masih terngiang dalam benakku. Dan hingga kini, belum mampu kuhapuskan dari memoriku.

Dan aku rindu kalian, teman..

Thursday, February 17, 2011

About You Now


It's Miranda Cosgrove's. It says about someone's feelings of their friend, where they're starting to realize that they have special feelings with their friend. And it's called Love.

About You Now  

Maybe I'm wrong, you decide
Should've been strong, yeah, I lied
Nobody gets me like you

Couldn't keep hold of you then
How could I know what you meant?
There was nothing to compare to

There's a mountain between us
But there's one thing I'm sure of
That I know how I feel about you

Can we bring yesterday back around?
'Cos I know how I feel about you now
I was dumb, I was wrong, I let you down
But I know how I feel about you now

All that it takes, one more chance
Don't let our last kiss be our last
I'm outta my mind just to show you

I know everything changes
I don't care where it takes us
'Cos I know how I feel about you

Can we bring yesterday back around?
'Cos I know how I feel about you now
I was dumb, I was wrong, I let you down
But I know how I feel about you now

Not a day pass me by
Not a day pass me by
When I don't think about you

And there's no moving on
'Cos I know you're the one
And I can't be without you

Can we bring yesterday back around?
'Cos I know how I feel about you now
I was dumb, I was wrong, I let you down
But I know how I feel about you now

Can we bring yesterday back around?
'Cos I know how I feel about you now
I was dumb, I was wrong, I let you down
But I know how I feel about you now
But I know how I feel about you know
Yeah, I know how I feel about you now


-yasintavania-

Back To December

It's Taylor Swift's!

According to Wikipedia:
"Back to December" is a song by American singer-songwriter Taylor Swift. The song was written by Swift and produced by Nathan Chapman, and Swift. It was sent to country radio on November 15, 2010, by Big Machine Records as the second single from Swift's third studio album, Speak Now. According to Swift, "Back to December" is the first time she ever apologizes to someone in a song, something that she never did before. Upon its release as a promotional single, critics speculated that the song is about Taylor Lautner, Swift's ex-boyfriend, although neither Swift nor Lautner has confirmed nor denied these allegations. "Back to December" is considered an orchestral country pop ballad and its lyrics are a remorseful plea for forgiveness for breaking up with a former lover.---

I really like this song. And I think..kind of figured out of what's inside me.

Back To December 
  
I'm so glad you made time to see me
How's life, tell me how's your family
I haven't seen them in a while
You've been good, busier than ever
We small talk, work and the weather
Your guard is up and I know why

Because the last time you saw me
Is still burned in the back of your mind
You gave me roses and I left them there to die
So this is me swallowing my pride,
Standing in front of you saying I'm sorry for that night
And I'd go back to December all the time
It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing that I'd realized what I had when you were mine
I'd go back to December, turn around and make it alright
I go back to December all the time

These days I haven't been sleeping
Staying up playing back myself leaving
When your birthday passed and I didn't call
And I think about summer, all the beautiful times
I watched you laughing from the passenger side and
Realized I loved you in the fall
And then the cold came,
The dark days when fear crept into my mind
You gave me all your love and all I gave you was goodbye

So this is me swallowing my pride,
Standing in front of you saying I'm sorry for that night
And I'd go back to December all the time
It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing that I'd realized what I had when you were mine
I'd go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time

I miss your tan skin, your sweet smile, so good to me, so right
And how you held me in your arms that September night,
The first time you ever saw me cry
Maybe this is wishful thinking
Probably mindless dreaming
If we loved again I swear I'd love you right
I'd go back in time and change it but I can't
So if the chain is on your door, I understand

But this is me swallowing my pride,
Standing in front of you saying I'm sorry for that night
And I'd go back to December
It turns out freedom ain't nothing but missing you
Wishing that I'd realized what I had when you were mine and
I go back to December, turn around and make it alright and
I go back to December, turn around and change my own mind and
I go back to December all the time


-yasintavania-

Sabtu Sore


Saat pikiran tengah tak ingin tuk bekerja rodi, dengan gampangnya imajinasi mengambil alih kendali alat gerak tubuhku. Dan sebuah ingatan kembali meluncur begitu saja, menggugahku untuk menuangkannya ke dalam sebuah kata-kata..
**

Aku menunggunya. Aku menunggu ia yang masih juga belum melangkahkan kaki dari tempatnya berdiri. Ia masih asyik mengobrol, masih enggan untuk beranjak keluar dari ruangan bercat dominan merah itu.
Karena ia tak kunjung bergerak, aku memutuskan untuk keluar seorang diri. Yah, apa gunanya menanti seseorang yang sama sekali tidak menghiraukanmu?

Jadilah aku meninggalkannya, meleburkan sebuah angan yang sempat mampir dalam pikirku. Aku berdiri, angin membelaiku lembut. Aku menatap ke arah jendela kaca bangunan lama itu yang masih menampakkan sosoknya. Hatiku goyah. Haruskah aku pergi dan terus berjalan? Atau, aku harus kembali hanya untuk melihatnya sekali lagi? Namun, saat aku melihat senyum dan tawa ia dan para sahabatnya, aku membatalkan niatku. Bodoh, jika aku berbalik dan berlari hanya untuk mengucapkan selamat tinggal padanya.

Setengah hati aku meneruskan langkahku. Bagaimana mungkin aku bisa terkontaminasi oleh perasaan tak bernama itu? Saat aku mempercepat gerak kakiku, samar-samar aku mendengar sebuah suara yang sudah tak asing lagi di telingaku. Dan suara itu… Ya! Dia! Aku menoleh ke belakang. Ya, ternyata memang ada sosok dirinya yang tengah berjalan bersama tiga kawannya. Mereka hanya berjarak 5 meter di belakangku. Namun, entah mengapa, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang berdetak begitu kencang dalam ragaku. Aku tersenyum.

Sedetik berlalu, dan aku menyadari bahwa harapan memanglah hanya untuk menjadi harapan belaka. Tak bisa menjadi sesuatu yang diharapkan. Aku kembali menguatkan hatiku, mengubur dalam-dalam emosi bahagia sesaat yang kembali menghampiriku.

Saat aku kembali menyusuri salah satu jalan protokol di Kota Yogyakarta itu, aku kembali terkaget. Kukira, 60 detik lagi ia akan mengambil arah kiri untuk membawanya pulang. Dan saat aku berhasil mencapai tepi trotoar, mengapa kulihat sosoknya berjalan mengikutiku? Ia memang tak sendiri, 3 orang lain yang kukenali sebagai sahabat baiknya tadi pun masih setia berjalan di sampingnya. Namun aku masih belum mempercayai penglihatan mataku ini. Iya, itu memang dia. Itu dirinya.

***
 
Saat aku hendak berjalan menaiki anak tangga menuju pintu masuk, jantungku berdebar kencang. Ada sesuatu yang bergejolak dalam lambungku, yang entah mengapa membuatku menjadi tergugup dan bertingkah kikuk. Ya, bagaimana tidak, saat itu, dia hanya berjarak 3 petak ubin ukuran 30 x 30 cm dari tempatku berdiri! Wajahnya dapat kulihat dengan sangat amat jelas. Apa ini benar-benar nyata?

Lantai demi lantai kunaiki, dan mereka bertiga tetap mengikuti langkahku. Ini memang sebuah kebetulan, kebetulan yang..agak indah. Dan aku tak tahu kalimat apa yang tepat untuk menggambarkan perasaan tak tentu ku saat ini.

Setelah merasa cukup aman dan tak ada manusia lain yang memperhatikan gerak-gerikku, aku menghamburkan diri ke arah pojok favoritku. Berusaha mendiamkan pikiranku dan memfokuskan diri dengan apa yang ada di hadapanku saat ini. Sebuah karya sastra yang begitu menyentuh, yang membuatku begitu terkesima dengan gaya si penulis dalam merangkai berbagai kosakata antah berantah menjadi sesuatu yang bermakna dan begitu indah.

Belum sempat aku menyelesaikan kekagumanku, perhatianku kembali teralihkan. Oleh..sosok yang sedang bediri tegak di depan jendela kaca ruangan itu. Aku kembali bertanya-tanya..hei, apa yang sedang dilakukan olehnya?

Aku memang tak melihatnya dari jarak yang begitu dekat. Namun, itu dirinya, kan? Ah, iya. Aku yakin, itu pasti dirinya. Entah mengapa, aku bisa sebegitu yakin dengan diriku kali ini. Tapi aku tak peduli.. Yang pasti, itu adalah dia. Kira-kira, apa yang sedang dia pikirkan? Kira-kira, mengapa pandangannya ynag teduh begitu kosong dan tanpa harapan? Kira-kira, mengapa lalu lintas yang tak begitu padat dapat menarik seluruh perhatiannya saat itu?

Dan banyak pertanyaan datang silih berganti mengisi alam pikirku. Aku juga tak tahu menahu tentang jawaban yang tepat untuk semua itu. Mengapa aku tak menanyakan hal itu saja padanya? Oh, sepertinya tak akan mungkin. Aku tak ingin mengganggu saat-saat yang begitu damai untuknya, saat
sepertinya ia tengah mencari jawab dari segala keraguan akan hidupnya, saat langit mendung yang begitu bersahabat menyatukan untaian kata yang tak terkatakan, antara aku, dan dirinya.

***

Ah, sepertinya sebentar lagi titik-titik air kehidupan yang turun dari nirwana akan menjatuhi bumi. Dan, mau tak mau, aku harus menghilangkan ia dari pandanganku. Mengucapkan selamat tinggal yang hanya bisa kuucap dari dalam hati.

Buru-buru aku percepat langkahku, meninggalkan ia yang masih terpaku dan segala tanya yang hingga kini, masih tak ada jawabnya.
Sejenak saja, aku mulai menyusuri jalanan aspal yang telah letih menahan semua beban yang ditimpakan di atas bahunya. Ah, mungkin jalanan beraspal ini pun juga memiliki kesamaan cerita hidup antara aku dan dirinya tadi. Sama-sama lelah akan semua sandiwara yang telah, tengah, dan masih akan bergulir ini.

Aku kembali teringat akan ia. Apa ia masih bertahan di sana? Apa ia masih memandang ke arah yang sama? Dan apabila masih, apa ia..melihat diriku? Aku tertawa kecil. Sarkastik. Mana mungkin, ia melihat diriku yang begitu kecil ini? Tak ada angka probabilitas yang mampu menggambarkan kesangat-amat-tidak-munkingan itu.

***
 
Aku berdiri. Menyandarkan tubuhku yang begitu rapuh ke arah tembok yang mungkin sama rapuhnya dengan diriku saat itu. Angin yang begitu ramah, membelaiku lembut, membisikkan kalimat pengharapan yang sangat kubutuhkan detik itu. Kemudian saja, bola mataku yang tengah tak begitu ingin tuk berkoordinasi dengan pikiranku, menangkap sebuah bayangan yang seketika itu juga, membuat hatiku terlonjak.

Ternyata, bayangan itu masih sama. Masih berjalan dengan pandangan kosong tanpa harapan, namun memberikan kesan pertama yang begitu teduh untuk dirasakan. Walau terpisahkan jarak, aku merasa mengerti benar akan semua kegelisahan yang sedang ia alami. Perlahan, bayangan itu mulai bergerak menjauh dari jangkauan mataku. Dan sosoknya pun..hilang.

Memang waktu yang sangatlah singkat untuk semua kejadian tak bernilai sore itu. Masih dengan seragam kotak-kotak biru yang melekat di tubuhku, aku menutup mataku sejenak.
Saat angin mendatangiku kembali, aku terbangun dari khayalan sesaatku yang indah. Aku menatap ke arah langit…dan memberikan senyum terbaikku untuknya. Terimakasih, langit senja. Untuk semua peristiwa berharga yang telah kau berikan padaku hari ini.


***

-yasintavania-

February 14th, 2011

Celine Dion's


I really like this Celine Dion's album.

It's in Francais, entitle S'il suffisait d'aimer
(If Only Love Were Enough)
It's her 19th album, produced by Erick Benzi, and released on 7 September 1998.

And this is one of her songs, which I like the most. This song's really good. It really helps me to learn the really-very-extra-ordinary-difficult-to-learn Language. Well, just listen to it. ;D



"On ne change pas" (We Don't Change)

On ne change pas
On met juste les costumes d'autres sur soi

On ne change pas
Une veste ne cache qu'un peu de ce qu'on voit
On ne grandit pas
On pousse un peu, tout juste
Le temps d'un reve, d'un songe
Et les toucher du doigt

Mais on n'oublie pas
L'enfant qui reste, presque nu
Les instants d'innocence
Quand on ne savait pas

On ne change pas
On attrape des airs et des poses de combat
On ne change pas
On se donne le change, on croit
Que l'on fait des choix
Mais si tu grattes la
Tout pres de l'apparence tremble
Un petit qui nous ressemble
On sait bien qu'il est la
On l'entend parfois
Sa rengaine insolente
Qui s'entete et qui repete
Oh ne me quitte pas

On n'oublie jamais
On a toujours un geste
Qui trahit qui l'on est
Un prince, un valet
Sous la couronne un regard
Une arrogance, un trait
D'un prince ou d'un valet
Je sais tellement ca
J'ai copie des images
Et des reves que j'avais
Tous ces milliers de reves
Mais si pres de moi
Une petite fille maigre
Marche un Charlemagne, inquiete
Et me parle tout bas

On ne change pas, on met juste
Les costumes d'autres et voila
On ne change pas, on ne cache
Qu'un instant de soi

Une petite fille
Ingrate et solitaire marche
Et reve dans les neiges
En oubliant le froid

Si je la maquille
Elle disparait un peu,
Le temps de me regarder faire
Et se moquer de moi

Une petite fille
Une toute petite fille
Une toute petite fille
Une toute petite fille


The English Translation:

We don't change
We just put on someone else's clothes on
We don't change
A suit only hides a little bit of what you see
We don't really grow up
Only a bit taller , just
The time of a dream
To touch them with our finger

But we don't forget
The child that remains, almost naked
The moments of innocence
When we didn't know

We don't change
We pick up looks, and poses of fight
We don't change
We give ourself change
We think we make choices
But if we scratch there
Very near the appearence
A little one is shivering
We know it's there
We hear it sometimes
With the same cheeky old song
It stubbornly repeats
Oh don't leave me

We never forget
We always make a move
That betrays who we are
A prince, a servant
Under the crown, a look
An arrogance, a trait
Of a prince or a servant
I know this so well
I copied images and dreams I had
All those thousands of dreams
But so close to me
A thin little girl
Is walking in Charlemagne, worried
And she's talking to me

We don't change
We only put on other people's costumes
That's all
We don't change
We only hide a moment of ourselves

A little girl
Ungrateful and lonely
Walks and dreams in the snow
Forgetting the cold
If I put make-up on her
She disappears a bit
But she's looking at me
And she's laughing
[Repeat Chorus]



-yasintavania-

Bonjour!

Hello, Buddies!

Well, this is still the first time I'm blogging.
I just want to share my own words through this blog.
Write what my mind said, what my heart feels, what my brain thinks, unspokenly.
So, just enjoy the ride, and I hope this will be something for y'all.

Merci beaucoup, et au revoir! :D

-yasintavania-

Setahun di Psikologi

I can't give enough thanks to You, God. Because You are waaaay to kind to me. Udah 2 semester berlalu di psikologi, dan, walaupun banya...